Jakarta, HaloIndonesia – Subuh itu kota Jakarta masih gelap gulita. Perjalanan dari kawasan Jakarta Selatan menuju Bandara Soekarno-Hatta lancar tidak ada hambatan. Tanpa ada kesulitan dan masalah dengan barang bawaan sehingga tepat pukul 04.10 WIB pesawat yang saya tumpangi terbang menuju kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT yang berada di pulau Timor suatu pulau di ujung negeri berbatasan dengan Negara Timor Leste.
Selama perjalanan di pesawat, saya mencoba mengenali Provinsi NTT dengan kondisi geografis yang memiliki banyak pulau dengan kekayaan keragaman budaya dan adat istiadat. Walau beragamnya suku, tradisi, budaya, dan kepercayaan agama di NTT, ternyata dalam cara hidup masyarakatnya memiliki benang merah, yaitu hidup damai berdampingan rukun bersatu di tengah keberagaman.
Keragaman budaya dan adat istiadat di NTT diolah oleh pemerintah untuk di kapitalisasikan dan dikembangkan menjadi destinasi wisata yang berpotensial. Nah, dalam rangka itu Dinas Pariwisata Provinsi NTT yang dinakhodai Dr. Marius Ardu Jelamu membuat program Tour di Timor yakni menjelajahi Pulau Timor dengan bersepeda dari tanggal 9 – 12 Desember 2017.
Bagi kami, komunitas bersepeda berjumlah 47 orang dari beberapa daerah dan ada pula yang dari mancanegara yang berangkat ke Kupang untuk menjelajahi Pulau Timor dengan segala tantangannya mengikuti kegiatan Tour di Timor, TdT.
Tepat pukul 09.40 WITA dari bandara El Tari saya dijemput Stefi rekan dari Dinas Pariwisata Provinsi NTT bersama peserta yang lain dan langsung menuju ke Kabupaten Malaka dengan mobil. Dalam perjalanan di atas jalan mulus sepanjang 254 km dengan panorama keindahan alam jalan berkelok naik turun sampailah kami di rumah jabatan Bupati pada pukul 18.35 WITA.
Penerimaan masyarakat sejak sepanjang perjalanan hingga di rumah Bupati Dr. Stefanus Bria Seran berlangsung meriah dan penuh suka cita menerima peserta tour bersepeda ini. Setelah acara resmi penerimaan yang juga dihadiri Wakil Gubernur NTT, Drs. Benny Litelnoni dilanjutkan santap malam sambil dihibur tampilan tarian adat dan nyanyian. Kami pun berdansa tebe kancing dan marie-marie.
Setelah acara penerimaan selesai, para peserta menuju pantai Motadikin menginap di tenda-tenda besar yang rapih, bersih, dan nyaman yang disiapkan TNI AD di kawasan pantai tersebut yang lautnya berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Australia.
Di pantai Motadikin, para peserta menikmati keindahan sunrise dari bibir pantai yang memiliki hamparan pasir kecoklatan yang cantik. Mentari yang perlahan naik dari peraduannya memancarkan cahaya kemerahan yang begitu indah.
Bias cahaya kemerahan yang terpantul di permukaan air laut membuat permukaan air laut seakan memerah. Sungguh keindahan alam yang mempesona untuk dinikmati.
Esok harinya pada tanggal 9 Desember tepat pukul 08.00 WITA start etape 1 dari Kabupaten Malaka menuju Kabupaten Belu berjarak 70,8 km dimulai. Perjalanan TdT pada etape 1 ini
60% perjalanan berupa pendakian yang berkelok dan cukup ekstrim. Perjalanan bersepeda di etape ini sangat berat karena selain pendakiannya juga udara yang sangat panas dengan suhu 38-39 derajat celcius . Selama perjalanan pemandangan sangat indah dengan melewati bukit, juga terlihat pantai dan ada juga memasuki hutan walaupun tidak lebat. Kami sempat singgah di desa adat Loro Dirma sebuah situs budaya peninggalan kerajaan Dirma.
Setelah mendapat cerita dari ketua adat terkait pembentukan kerajaan Dirma, para peserta disuguhi air kelapa muda yang menyegarkan tenggorokan yang mulai kering dan panas. Pukul 16.00 WITA peserta rombongan bersepeda TdT memasuki Kota Atambua, ibukota Kabupaten Belu dengan disambut marching band , masyarakat, dan diterima oleh Bupati Kabupaten Belu, Willy Lay di lapangan umum Kota Atambua.
Setiap peserta mendapat pengalungan selendang kain tenun khas Timor. Di Atambua para peserta beristirahat sejenak sambil “santap siang yang sudah sore” dengan lahapnya makanan yang sudah disediakan. Sore itu, kami berwisata menuju Mota Ain mengunjungi perbatasan dengan Timor Leste, dimana kami bisa memasuki wilayah negara tetangga itu tanpa paspor. Kita berbangga hati meskipun berada di wilayah negara lain, tapi para petugas perbatasan dan masyarakat Timor Leste bisa berbahasa Indonesia.
Sementara itu kawasan di wilayah perbatasan Indonesia sudah dibangun jalan mulus yang lebar 2 jalur, terang benderang dengan gedung imigrasi yang sangat bagus semua terkesan mewah. Setelah selesai melewati ujung negeri, lalu kami menuju lokasi menginap di kawasan pantai pasir putih untuk makan malam ikan bakar segar lalu kami beristirahat dan menghimpun tenaga lagi untuk perjalanan berikutnya.
Etape ke 2 pada tanggal 10 Desember diarungi dengan start pada pukul 08.00 WITA dari Pantai Pasir Putih Atambua menuju Kefamenanu sepanjang 128,3 km. Perjalanan bersepeda diawali dengan perjalanan datar dan rolling sepanjang pinggir pantai, semakin jauh meninggalkan kawasan pantai mulailah pendakian dan menurun. Etape 2 ini cukup jauh dan melelahkan karena diguyur terik matahari dengan suhu cukup panas meski tidak sepanas perjalanan di etape 1.
Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya panitia menyediakan makanan ringan berkalori tinggi dan air mineral. Sesampai di Kota Wini peserta diterima Kapolres dan Dandim di halaman kantor Polres Kabupaten Timor Timur Utara (TTU) dilanjutkan santap siang dan foto bersama di depan kantor Polres yang menghadap ke pantai. Di Kota Wini peserta dengan bersepeda memasuki kawasan perbatasan NKRI dengan kawasan enclave Timor Leste bagian Oecussi-Ambeno. Sama halnya waktu dengan
perbatasan di Mota Ain, di Wini kawasan perbatasan di wilayah NKRI begitu bagus sekali, jalan lebar 2 jalur dan mulus, tampaknya penerangan jalan juga bagus dan gedung-gedung imigrasi dan keamanan juga baik sekali dan semuanya terkesan mewah. Ini yang sangat membanggakan kami sebagai WNI dimana sekarang kawasan perbatasan dibangun sebagai etalase negara. Dari Wini peserta menuju Tanjung Bastian kawasan pantai untuk beristirahat disana.
Makan malam dihadiri Wakil Bupati TTU dengan makanan khas ada jagung rebus dan ubi goreng pakai sambal, rasanya nikmat sekali. Malam itu para peserta dihibur dengan alunan musik organ tunggal dengan menyanyikan lagu-lagu daerah dan tentunya berdansa sampai malam. Ada dansa tebe kancing, marie-marie yang dimotori oleh Stefi dari Dinas Pariwisata Provinsi NTT. Setelah acara selesai peserta beristirahat di tenda-tenda yang sudah dibangun oleh TNI-AD yang rapi, bersih, dan nyaman untuk membuat peserta bisa beristirahat.
Pada pagi hari setelah selesai mempersiapkan diri, para peserta berangkat dari Tanjung Bastian menuju titik start untuk memulai etape 3 pada tanggal 11 Desember. Tepat jam 08.00 WITA etape 3 perjalanan menuju Kota Soe Kabupaten Timor Timur Selatan (TTS) dengan jarak 87 km. Sama perjalanan pada etape ini medan perjalanan menempuh jalan berbukit dan turunan, namun sebagian besar jalanan rolling relatif datar.
Dalam perjalanan, peserta sempat berhenti sambil beristirahat di suatu desa dan kami disambut serta menerima pengalungan selendang tenun yang cantik, dan disediakan sajian pisang dan jagung rebus dan penganan kue lokal. Yang menarik adalah antusias masyarakat dan anak-anak sekolah menyambut kami
rombongan TdT dengan meriah dan suka cita. Sebagaimana kebiasaan jika dalam perjalanan ke daerah-daerah di pelosok tanah air, kami menyempatkan mengumpulkan anak-anak sekolah untuk bernyanyi bersama menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang diikuti dengan semangat, suara lantang dan badan tegap, sungguh mengharukan dan membanggakan sebagai Bangsa Indonesia bangsa besar dalam kesatuan yang diikat kuat oleh bahasa yang sama yakni bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Ini semua menambah semangat rombongan peserta TdT. Perjalanan terus dilanjutkan menuju Soe. Namun sebelum ke Soe rombongan singgah di desa adat Benteng None yang menjadi salah satu favorit destinasi wisata Kabupaten TTS. Sebagaimana sebelumnya kami diterima masyarakat dengan upacara adat dikalungi selendang tenun lalu menikmati pertunjukkan tarian upacara adat dalam menerima tamu terhormat. Rombongan TdT sangat tertarik dan senang di Benteng None, dimana kami diajak menari tarian adat sampai berjongkok-jongkok.
Semua rombongan peserta dan kru panitia bersantap siang dengan lahap dan semangat dengan sajian minum air kelapa muda. Perjalanan dilanjutkan medan agak datar dan menurun sampai kota Soe. Sepanjang perjalanan di kota Soe masyarakat menyambut dengan suka cita melambaikan tangan dan berteriak menyemangati peserta TdT. Dari Soe menuju tempat peristirahatan di taman wisata Bu’at sekitar 4,5 km dari kota Soe dengan perjalanan agak mendaki.
Sesampai di Bu’at rombongan diterima secara upacara adat dan dipimpin acara penerimaan ini oleh Dandim, Letkol Erwin, rombongan beristirahat sejenak di tenda-tenda besar yang sama rapih, bersih dan nyaman yang telah disiapkan. Kemudian setelah mandi, rombongan TdT ditunggu Wakil Gubernur NTT, Wakil Bupati TTS Obed Naiboho dan sejumlah pejabat Militer, Polri dan Pemkab untuk undangan gala dinner bertempat di kawasan kantor Bupati TTS.
Diawali acara resmi sambutan-sambutan lalu dilanjutkannya hiburan tarian dan penyanyi organ tunggal. Makan malam ini terasa istimewa karena bagi peserta TdT dan rombongan telah disiapkan sajian makanan dengan banyak ragam lauk dan dessert . Selesai jamuan resepsi para peserta kembali ke Bu’at untuk beristirahat di tengah suhu udara sejuk.
Bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan perjalanan terakhir pada tanggal 12 Desember yakni Etape 4, etape terakhir dari Bu’at, Soe ke Kupang yang berjarak 110 km. Resminya start pukul 08.00 WITA di depan kantor Kabupaten dan jumlah peserta semakin bertambah dengan bergabungnya komunitas pesepeda dari Kupang dan Soe. Terasa ramai dan meriah pelepasan dari kota Soe.
Perjalanan menuju Kupang lebih banyak menurun dan berkelok, sehingga jarak yang cukup jauh terasa lebih dekat karena kecepatan cukup tinggi layaknya bersepeda seperti berlayar dengan banyak memainkan kendali rem sepeda. Sebelum Kota Kupang, rombongaan singgah di kawasan wisata gunung Fatuleu, karena jalannya mendaki sangat ekstrim dan ada target waktu untuk bisa finish di Kupang jam 16.00 WITA, maka sepeda loading ke kendaraan loader .
Peserta naik kendaraan khusus untuk peserta. Sesampai di lokasi Fatuleu seperti biasa diterima Camat dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang. Dengan menikmati pemandangan gunung batu menjulang tinggi dan terjal dan udara sejuk, rombongan peserta menerima penjelasan tentang pengembangan kawasan wisata Fatuleu.
Kemudian dilanjutkan makan siang dan meninggalkan kawasan Fatuleu untuk menuju kota Kupang yang berjarak sekitar 35 km. Sekitar pukul 16.00 WITA rombongan tiba memasuki Kota Kupang dan sampai di garis finish di depan rumah jabatan Gubernur sekitar pukul 16.30 WITA yang sudah ditunggu oleh Wakil Gubernur dan seluruh pimpinan jajaran sipil, TNI dan Polri serta masyarakat. Penyambutan sangat meriah dan penuh kebanggaan setelah menempuh perjalanan dari Kabupaten Malaka sampai Kota Kupang sejauh 386 km. Semua
peserta dan kru rombongan dikalungi mendali sebagai penghargaan keberhasilan peserta, panitia, dan masyarakat Timor secara keseluruhan. Pada kesempatan terpisah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Dr. Marius Ardu Jelamu menyampaikan bahwa kehadiran para bikers di TdT ini terutama dari luar NTT akan menjadi marketer dan promotor semua potensi yang dimiliki oleh NTT tidak hanya sektor pariwisata. Dengan berbaurnya bikers dari luar NTT dan bikers yang ada di NTT, kita memperkuat rasa persaudaraan dan persahabatan antara anak-anak bangsa. Juga seorang biker dari Finlandia tentu akan menceritakan tentang Indonesia dan NTT di negaranya dan para followers- nya.
Pertemuan antara bikers dengan bikers , bikers dengan warga lokal memperkuat akselerasi budaya sekaligus memperkuat kohesi sosial yang menembus batas-batas ras, kebudayaan, etnik, suku bangsa, dan agama. Kemudian pada malam harinya panitia mengundang semua peserta dalam gala dinner di salah satu rumah makan di Kota Kupang sekalian pemberian hadiah pemenang dalam kontestasi penyebarluasan video dan foto selama perjalanan yang diviralkan melalui Instagram sebagai upaya untuk mempromosikan pariwisata Pulau Timor yang sangat menarik bagi para wisatawan untuk dikunjungi.
Semua peserta dan penyelenggara bersuka cita di malam terakhir ini sekaligus bercampur perasaan sedih karena esoknya akan berpisah kembali ke tempat asal masing-masing peserta. Kenangan yang berkesan selama perjalanan TdT dengan pemandangan alam yang sangat indah, kekayaan budaya dan adat istiadat dan beratnya medan selama perjalanan bersepeda telah tersimpan sebagai perasaan suka-duka di masing-masing hati peserta dan kru rombongan yang telah menyatu membuat TdT ini terasa istimewa.
Selama perjalanan TdT sesungguhnya adalah perjalanan hidup. Dan, when the going gets tough, the tough gets going ; mereka tangguh dan Insha Allah akan mereka lewati pula kehidupannya dengan kesungguhan. Terima kasih kami ucapkan kepada pimpinan Pemerintah Provinsi, kabupaten dan seluruh jajarannya, panitia penyelenggara, bapak-bapak dari TNI, Polri, dan masyarakat Timor yang telah menjadikan TdT sukses. Selamat TdT 2017 sampai jumpa di TdT tahun 2018. Bae sonde bae tanah Kupang lebe bae.