Beranda Digistyle CTI IT Infrastructure Summit 2018 akan Bahas Blockchain, Teknologi di Balik Bitcoin

CTI IT Infrastructure Summit 2018 akan Bahas Blockchain, Teknologi di Balik Bitcoin

BERBAGI

Jakarta, Halo Indonesia, 20 Februari 2018PT Computrade Technology International (CTI Group), penyedia solusi infrastruktur TI, akan mengadakan kembali seminar dan pameran infrastruktur TI terbesar di Indonesia, CTI IT Infrastructure Summit, pada 7 Maret 2018 di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan,dengan topik utama blockchain sebagai teknologi di balik Bitcoin, mata uang digital populer saat ini.

 Memasuki tahun kelima, konferensi ini akan membawa judul “Blockchain: The Next Digital Revolution in Every Industry” untuk membahas bagaimana blockchain sebagai teknologi penyimpanan data mutakhir berpotensi mendisrupsi seluruh sektor industri berkat karakteristiknya yang terdistribusi, aman, dan tidak dapat diubah. CTI IT Infrastructure Summit akan menghadirkan berbagai solusi TI terkini dan sharing best practice tidak hanya bagi profesional di bidang TI, melainkan juga bidang pemasaran, keuangan, dan lainnya dari cross-industry di Indonesia.

“Selama ini transaksi yang dilakukan oleh dua belah pihak memerlukan perantara dari pihak ketiga yang bertindak sebagai trusted party, seperti bank. Dengan adanya teknologi Blockchain, transaksi dapat langsung dilakukan antar kedua belah pihak tanpa perantara yang bisa menjadi single point of failure. Itu hanya satu pengaplikasian blockchain di industri keuangan dan ke depannya akan lebih luas ke berbagai industri seperti kesehatan, supply chain management, migas, pemerintahan, dan masih banyak lagi. Melalui CTI IT Infrastructure Summit 2018 diharapkan rekan-rekan industri mendapatkan pemahaman menyeluruh terkait blockchain untuk ke depannya dapat diimplementasikan demi keberhasilan bisnis,” ujar Rachmat Gunawan, Direktur CTI Group.

Teknologi blockchain layaknya sebuah buku besar yang terdistribusi dan terbuka yang dapat merekam transaksi antara dua pihak secara efisien dan dengan cara yang dapat diverifikasi dan permanen. Blockchain yang merupakan teknologi di balik Bitcoin—salah satu mata uang digital yang sedang naik daun saat ini—memiliki sejumlah karakteristik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, bahkan diprediksi mampu mendisrupsi berbagai industri. Karakteristik tersebut di antaranya transparan, terdesentralisasi berkat tidak adanya pihak ketiga, tidak dapat diubah (immutable), bebas dari risiko downtime (high availability), aman, mudah, cepat, dan murah.

Selain keuangan, blockchain juga sudah diterapkan di industri kesehatan, seperti pada tiga perusahaan kesehatan di Amerika Serikat. Mereka menggunakan blockchain untuk menyimpan catatan medis, memonitor pemberian resep obat, mendesain rencana pengobatan yang lebih terperinci, serta menciptakan pasar penelitian medis yang lebih terbukauntuk membantu proses penyembuhan penyakit kronis. Dengan kehadiran Blockhain,pasien, dokter, dan pihak berwenang lainnya dapat mengakses data pasien lebih cepat dan aman—di mana selama ini sistem penyimpanan data medis elektronik masih terpecah-pecah—sehinggadiagnosis dapat segera dilakukan dan lebih akurat.

“Blockchain dan teknologi distributed ledger berada di persimpangan berbagai sistem tambahan, dan jika ekosistem tersebut dibangun dengan tepat dapat mentransformasi cara perusahaan mencapai goal dan objektif bisnis ke depan. Namun sebagai langkah awal dalam inisiatif blockchain, perusahaan harus menentukan apakah teknologi tersebut tepat menjawab masalah dan objektif bisnis yang ingin dicapai. Dell EMC dan Dell Technologies memiliki beragam solusi dan layanan untuk membantu pelanggan mencapai gol bisnis mereka. Dukungan ini diawali dengan memvalidasi pemanfaatan blockchain, sampai ke pengimplementasian on premise, off premise, aplikasi dan teknologi blockchain berkelas enterprise,” ujar Adam Robyak, Field CTO for Central Region, Dell EMC.

Riset Accenture mencatat teknologi blockchain dapat menekan biaya infrastruktur sebesar 30% pada delapan dari 10 bank investasi terbesar di dunia, atau sekitar $8 milyar hingga $12 milyar dari biaya tahunan di bank tersebut. Sementara itu menurut Transparency Market Research,nilai pasar dari blockchain diprediksi meningkat menjadi $20 milyar di tahun 2024 dari $316 juta di 2015 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 58,7%. Kemampuan blockchain dalam mengeliminasi pihak ketiga sehingga menciptakan proses transaksi yang cepat, mudah dan murah menjadi alasan naiknya permintaan pasar terhadap teknologi ini selain faktor keamanan dalam bertransaksi online.

CTI IT Infrastructure Summit 2018 didukung oleh lembaga riset Gartner serta vendor-vendor TI terkemuka di dunia, seperti Dell EMC, Hewlett-Packard Enterprise (HPE), HPE Aruba, Samsung, IBM, Lenovo, Red Hat, Huawei, Defenxor, dan Trend Micro.

Untuk registrasi atau mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai CTI IT Infrastructure Summit 2018, silakan kunjungi: www.itinfrastructuresummit.com 

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.