DENPASAR, HaloIndonesia– Seringnya Bali mendapatkan sampah kiriman, membuat pelaku industri pariwisata di Bali bereaksi. Mereka satu suara meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan hukum.
Terlebih sampah kiriman itu menyebabkan pencemaran lingkungan, dari darat hingga bawah laut.
“Aturan tegas harus diberikan agar menjaga lingkungan menjadi sebuah kebiasaan. Semuanya harus diedukasi, tidak hanya di hilir. Mulai dari hulu juga diberikan edukasi. Karena, jika di hilirnya saja, semua akan sia-sia,” kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali Ketut Ardana di Denpasar, Jumat (9/3).
Ardana langsung melakukan benchmark ke Singapura. Ia menegaskan, Singapura merupakan salah satu negara yang ketat menerapkan aturan hukum bagi warganya. Termasuk wisatawan yang membuang sampah sembarangan.
Mereka yang tertangkap membuang sampah, akan berurusan dengan aparat hukum. Termasuk harus membayar denda dengan nominal yang tidak sedikit.
“Oleh karena kebijakan itu, lingkungan di negara tetangga tersebut terbilang bersih. Karena, ketentuannya dipatuhi oleh warga dan wisatawan,” sambungnya.
Menurut Ketut Ardana, aturan tegas bisa membuat wisatawan takut membuang sampah sembarangan. Tetapi jika si wisatawan kembali ke daerah asalnya, ia tidak lagi menerapkan itu.
“Kemungkinan karena penegakan hukum masih lemah. Kami harap ada konsistensi kebijakan mengendalikan penggunaan plastik, karena terbilang efektif menurunkan plastik,” ucapnya.
Di Bali, Ardana berharap desa adat membuat awig-awig. Atau aturan adat yang dapat mengatur sampah plastik. Tapi, peraturan hukum soal pencemaran juga harus diterapkan.
Harapan tersebut diungkapkan Ardana setelah beredar video sampah plastik berserakan di bawah laut Manta Point, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Menurutnya, video itu seakan menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat.
Kawasan bawah laut merupakan lokasi favorit penyelam mancanegara. Karena punya daya tarik terumbu karang dan ikan manta. “Itu merupakan teguran keras bagi semua pihak, apalagi ini terjadi di Bali,” ujar Ardana.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun ikut angkat bicara. Menurutnya, sampah sudah menjadi musuh pariwisata. Dan hal ini, sangat berpengaruh pada indeks daya saing pariwisata Indonesia.
Untuk itu, Menteri Arief mengajak masyarakat berperan aktif untuk memerangi sampah. Menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, merupakan bukti konkrit untuk membantu pemerintah.
“Permasalahan sampah selalu menjadi musuh besar pariwisata. Ini harus kita perangi bersama. Pariwisata saat ini telah terbukti menjadi core ekonomi bangsa. Maka selayaknya seluruh masyarakat juga ikut menjaganya. Jika lingkungan bersih wisatawan akan nyaman. Jika wisatawan nyaman maka perekonomian masyarakat akan terdongkrak,” kata Menpar Arief Yahya. (*)