Polandia,Halo Indonesia – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan menjadi Keynote Speech dalam acara COP 24, di Katowice, Polandia (11-12-2018). Dalam acara ini, Menko Luhut menjelaskan tentang pertumbuhan Indonesia terutama dalam bidang Ekonomi.
“Saya akan menjelaskan sedikit tentang Indonesia, untuk ekonomi kita mengalami banyak perubahan, dalam kepimpinan Pak Presiden Joko Widodo dari 4,7% meningkat hingga 5,1-5,2%,” ungkap Menko Luhut.
Untuk pertumbuhan ekonomi papar Menko Luhut tak lepas dari perhatian akan beberapa hal penting, seperti blue carbon, mangrove di Indonesia.
“Saya akan beritahu Anda tentang blue carbon ecosystem di Indonesia, saya pikir ini sangat berguna bagi kita semua untuk mengerti akan hal ini. Kita sangat peduli dengan blue carbon, mangrove di Indonesia merupakan seperempatnya mangrove di dunia,” ujarnya.
“Maka bisa saya katakan Indonesia sangat berkontribusi pada blue carbon, memang 15% mangrove sudah rusak, dan sekarang kita harus gencar-gencarnya tentang program penanaman kembali untuk mangrove,” tambahnya.
Menko Luhut menekankan bahwa pemerintah selalu melakukan/ aksi dan apa yang harus dilakukan tidak hanya ‘omong doang’. Indonesia memiliki perubahan, walaupun memang tidak secara merata atau siginifikan perubahannya, tapi setidaknya Indonesia telah mengalami perubahan.
“Coba lihat mangrove kami telah berkerjakeras menyelesaikan permasalahan ini, memang mengubah beberapa bagian ini tidak mudah, tapi setidaknya kita akan membuat orang-orang lebih mengerti akan pentingnya hal ini,” tegasnya.
Dalam hal perlindungan Mangrove ini pun sudah terlihat hasilnya yakni pada Tsunami Palu yang terjadi sekitar 2 bulan lalu, di mana ada area yang terlindungi dikarenakan oleh mangrove, tsunami tertutupi oleh mangrove.
“Jadi, ini akan membuat masyarakat lain mengerti, bahwa mangrove menyelamatkan daratan,” jelasnya.
Marine Debris
Tak hanya membahas mengenai mangrove, Menko Luhut juga membahas mengenai Marine Debris. Menurutnya saat ini sudah sekitar 67 kota diawasi tentang marine debris.
“Ini adalah tentang marine debris juga, mungkin beberapa orang boleh mengingatkan kita soal ini tapi jangan pernah mengajarkan kita persoalan ini karena kita sangat tahu akan hal ini. Kita akan mengidentifikasi masalah, mencari solusinya, kita mencari solusinya dengan sangat baik,” ungkap Menko Luhut.
“Saya mengundang Bu Melissa Menteri Lingkungan Australia untuk datang ke Indonesia, dan saya akan perlihatkan apa yang kita lakukan di Indonesia, dan akan membuat ibu percaya,” tegasnya.(Melissa Price duduk di deretan paling depan)
Aksi Gerakan Bersih
Aksi Indonesia tentang sampah plastik di laut juga menjadi pembahasan Menko Luhut. Dirinya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki program untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di laut, yakni dengan Gerakan Bersih.
“Kita punya planning untuk aksi, eksekusi dan perhitungan dana untuk ini. Kita memang tak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian memerlukan kontribusi dunia untuk menyelesaikannya,” ujarnya
“Sekarang tentang gerakan bersih salah satu program Indonesia. Seperti menanam kembali karang dan sebagainya. Ini merupakan sebuah kemajuan, jadi kita tak hanya bicara tapi kita mempunyai aksi nyata yang kita jalankan di Indonesia. Kita buat sangat cepat, dan ini dilakukan oleh emak-emak,”jelasnya.
Terkait Gerakan Bersih lanjut Menko Luhut merupakan kegiatan sangat efisien. Hal ini dilakukan karena kita tahu keuntungannya bagi Indonesia, tidak hanya untuk sekarang namun untuk masa depan.
*Kesuksesan AM IMF-WBG 2018 di Bali*
Di akhir paparannya, Menko Luhut menjelaskan kesuksesan Indonesia dalam menggelar acara besar AM IMF-WBG 2018 yang berlangsung di Bali, Oktober lalu. Salah satunya dengan kesuksesan Blended Finance dengan ‘Tri Hita Karana’ mencapai 10 Billion Dollar.
“Tentang blended finance, pada AM IMF-WBG 2018 di Bali, kita punya 1 forum yaitu Tri Hita Karana. Indonesia berhasil meraih 10 Billion Dollar dari berbagai institusi dan lainnya,” tegas Menko Luhut.
”Kita ingin memberikan kesempatan sektor lain seperti sektor minyak kelapa sawit. Hal ini juga penting kita berbicara soal sektor pembangun, moratorium minyak kelapa sawit. Ketika ada peraturan tahun 2015 untuk tidak lagi ada plantation untuk minyak kelapa sawit kita juga ada program penanaman kembali,” tambahnya.
Memang di sisi satu, lanjut Menko Luhut, kita membangun beberapa sektor, tapi kita juga tidak melupakan perbaikan sisi pendukung dalam pembangun dari sektor tersebut. Sebab, Indonesia sangat peduli dengan sisi pendukung ini (environment).
Kita sangat peduli dengan environment dan melakukan sesuatu untuk lingkungan. Ekonomi kita tumbuh pesat, dan kita juga mendidik masyarakat. Memang tidak mudah, tapi kita sejauh ini bergerak menjadi yang lebih baik,” tutup Menko Luhut.
Sebelumnya di pavilion Indonesia Menko Luhut melakukan bilateral meeting dengan Menteri Lingkungan Hidup Australia Mellisa Price. (Maritim)