Phnom Penh, Haloindonesia.co.id – KBRI Phnom Penh menyelenggarakan kegiatan Roundtable Dialogue tentang Hubungan Indonesia-Kamboja selama 65 Tahun di gedung KBRI (13/2). Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta yang terdiri dari pejabat, peneliti, dan akademisi dari Indonesiia dan Kamboja. Dialog ini bertujuan untuk membahas aspek-aspek hubungan kedua negara bertepatan dengan peringatan 65 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Kamboja di tahun 2024 ini, tepatnya pada tanggal 13 Februari.
“Dialog bertujuan untuk menarik gagasan dari diskusi akademis yang melibatkan sarjana-sarjana terkemuka dan mengusulkan strategi untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral selama 65 tahun mendatang,” disampaikan Duta Besar Santo Darmosumarto pada sesi pembukaan acara.
Berbagai isu penting dibahas dalam kegiatan ini, seperti hubungan sejarah yang kuat antara Indonesia dan Kamboja, kerjasama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, dan infrastruktur, serta potensi kemitraan dalam menangani isu-isu regional dan global. Para peserta menekankan pentingnya untuk lebih memperkuat pembangunan komunitas ASEAN melalui program dan kegiatan yang langsung bermanfaat bagi bangsa kedua negara.
Menurut Dubes Santo, Indonesia tidak ingin hanya dikenal melalui jasa-jasanya di Kamboja di masa lalu, tetapi juga sebagai mitra untuk memajukan ekonomi Kamboja yang sedang berkembang. KBRI Phnom Penh pun menyarankan pembentukan komitmen pemerintah kedua negara untuk memberdayakan generasi muda dalam membentuk masa depan hubungan bilateral RI – Kamboja.
Dialog tersebut dihadiri oleh Menteri Senior Sok Siphana, Duta Besar Phou Suthirak dari Pusat Studi Regional Kamboja, Bapak Vora Huy Kanthoul dari Institut Perdamaian dan Kerjasama Kamboja, dan Dr. Mey Kalyan dari Institut Pengembangan dan Sumber Daya Kamboja. Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama dan Dr. Ardhitya Yeremia dari Universitas Bina Nusantara dan Universitas Indonesia, masing-masing, datang dari Jakarta untuk bergabung dalam acara tersebut.
Tahun lalu, Indonesia menjadi peringkat ke-6 mitra dagang Kamboja, dengan total perdagangan bilateral sekitar USD 1,1 miliar. Kepemimpinan ASEAN Indonesia yang sukses pada tahun 2023 dibangun di atas prestasi yang dicapai oleh Kamboja selama kepemimpinan ASEAN pada tahun sebelumnya.