Jakarta, Haloindonesia.co.id – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf) Irene Umar menekankan pentingnya langkah kolaborasi dari semua pemangku sebagai solusi dalam pengembangan industri modest fashion Indonesia.
“Saya berharap kita bisa membanjiri produk-produk modest fashion bukan hanya di (pasar) lokal sebagai tuan rumah, tapi juga masuk ke negara lain. Market sangat siap menerima kita,” kata Wamenekraf Irene saat membuka “FGD Strategi Nasional Indonesia Sebagai Pusat Modest Fashion Dunia” di kantor Kementerian UMKM, Kamis (21/11/2024).
Ekonomi Syariah Global (SGIE) dalam laporannya tahun lalu mencatat, produk modest fashion Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia setelah Turki yang menempati urutan pertama dan Malaysia di peringkat kedua.
Meski berada di peringkat tiga besar, kondisi ini belum sepenuhnya optimal mengingat potensi yang dimiliki Indonesia yang masih belum sepenuhnya tergarap dengan maksimal.
Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia. Penduduk Muslim di Indonesia saat ini mencapai sekitar 245 juta jiwa atau sekitar 87,08 persen dari total populasi Indonesia yang berjumlah 282,4 juta jiwa (semester I 2024).
“Populasi kita lebih besar dari Malaysia, jadi banyak sekali yang seharusnya bisa kita lakukan. Banyak sekali orang Malaysia yang datang ke sini dari berpuluh-puluh tahun lalu, mereka selalu ke Tanah Abang untuk berbelanja jilbab dan dibawa (dijual) ke sana,” ujar Irene.
Pelaku ekonomi kreatif Indonesia, terutama di bidang modest fashion, juga memiliki kreativitas yang tinggi. Mulai dari segi desain juga hal-hal lainnya.
“Kita juga tidak ada masalah dari segi desain dan kreativitas. Tapi kita harus melihat (masalah dalam) hilirisasinya, proses hilirisasi,” kata Irene.
Saat ini masih banyak pelaku industri modest fashion yang kesulitan mendapatkan bahan baku tekstil. Mereka terpaksa mengambil bahan dari luar negeri seperti Tiongkok yang harganya lebih murah namun juga tidak kalah dari segi kualitas.
Oleh karena itu Wamen Irene mengajak seluruh pihak untuk bekerja dan berjuang bersama. Termasuk mengidentifikasi kembali masalah-masalah yang ada dalam hilirisasi untuk dilihat di mana pihak atau kementerian/lembaga bisa melakukan intervensi.
FGD yang dihadiri berbagai pihak ini, mulai dari kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan dapat memperkuat fondasi bersama.
“Kita harus bekerja sama supaya kekuatan ekonomi dari (UMKM) penghasil benang, penghasil kain dari bahan baku itu juga bisa hidup,” ujar Irene.
Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menyampaikan bahwa Indonesia Emas 2045 harus dicapai dan lima tahun ini adalah sebuah fondasi yang harus dibangun bersama-sama.
“Beliau (Presiden Prabowo) katakan tidak ada lagi yang namanya ego sektoral, apalagi ego kementerian, ego kedeputian, apalagi ego pribadi. Mari kita bersama-sama acknowledge sebuah masalah yang sudah ada di depan mata bahwa this is not ok, baru kita bisa mulai berlangkah bersama-sama lets fix this together. Yang kita lakukan di sini adalah bergotong-royong, kita bersama-sama membangun bukan hanya dari govenrment tapi dari non-goverment, dari G2G, dan juga dari private sector dan pelaku-pelaku _all the way to the consumers,” ujarnya.
Turut hadir mendampingi Wamenekraf Irene Umar, Plt. Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Kementerian Ekonomi Kreatif, Yuke Sri Rahayu.