Beranda Frame Kemendagri Dorong Penguatan Budaya ASN BerAKHLAK di Provinsi Gorontalo

Kemendagri Dorong Penguatan Budaya ASN BerAKHLAK di Provinsi Gorontalo

BERBAGI
Kemendagri Dorong Penguatan Budaya ASN BerAKHLAK di Provinsi Gorontalo

Jakarta, Haloindonesia.co.idKementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mendorong penguatan budaya kerja dan transformasi Aparatur Sipil Negara (ASN) BerAKHLAK di Provinsi Gorontalo. BerAKHLAK merupakan nilai dasar bagi ASN yang kepanjangannya Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Hal ini sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo dalam rangka percepatan transformasi ASN.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Suhajar Diantoro saat menjadi narasumber dalam Workshop Penguatan Transformasi Budaya Kerja BerAKHLAK dan Pengukuhan Pengurus Komwil Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (FORSESDASI) Provinsi Gorontalo Periode 2021-2024. Acara ini berlangsung secara virtual dan dihadiri oleh berbagai perangkat daerah serta ASN di Provinsi Gorontalo, Kamis (17/3/2022).

Suhajar menuturkan, di tengah perkembangan yang ada, Provinsi Gorontalo bisa mentransformasikan organisasi pemerintahannya menjadi organisasi yang berorientasi pelayanan. Apalagi setelah diterbitkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tentang Percepatan Implementasi Core Values dan Employer Branding ASN di Lingkungan Pemerintah Daerah.

“Mendagri sebagai pembina dan pengawas jalannya pemerintah daerah, (mengimbau) agar budaya kerja yang (ada di pemerintah daerah) berisi dengan karakter nilai-nilai, dan keyakinan ini betul-betul dapat dijadikan landasan kita dalam bekerja, (yakni) core values ASN BerAKHLAK,” katanya.

Dia menambahkan, di tengah dunia yang dilanda gelombang keempat revolusi industri 4.0, perubahan yang terjadi harus diantisipasi oleh para ASN. Pasalnya, bila hal itu tidak dilakukan maka para ASN akan tertinggal atau tergilas. Apalagi pemerintah memiliki cita-cita membentuk birokrasi yang berkelas dunia. Birokrasi kelas ini menurutnya mesti memberikan pelayanan yang cepat, pintar, murah, mudah, dan baik.

“Dunia yang hari ini nyata-nyata telah dimasuki oleh beberapa negara maju. Nah, padahal di tengah-tengah masyarakat hari ini tuntutan pelayanan publik itu semakin nyata dan sampai ke pelosok-pelosok. Mereka meminta pelayanan lebih cepat, ingin dilayani dengan cara-cara yang lebih pintar, ingin mudah sekali dan ingin lebih baik,” ujarnya.

Narasumber berikutnya yang hadir secara virtual, Pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar mengungkapkan lima level socio-emotional yang bisa memperlihatkan suatu budaya kerja aparatur. Pertama, dependent, kelompok aparatur/pekerja yang tidak memiliki inisiatif dan bekerja atas dasar perintah. Kedua, ego-dependent, kelompok aparatur yang fokus pada pemenuhan ego pribadi seperti kerja hanya untuk uang.

Ketiga, socio-dependent, kelompok aparatur yang fokus kepada orang lain dan lingkungan sosial. Keempat, intra-dependent, kelompok aparatur yang fokus kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini seperti integritas, kejujuran, dan sebagainya. Kelima, inter-dependent (noble purpose), kelompok aparatur yang fokus kepada kontribusi untuk lingkungan sosial, yang tulus ikhlas bekerja dan mengabdi untuk negara.

Menurut Ginanjar, level lima merupakan tingkatan puncak yang bisa diinternalisasikan pada diri ASN. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang memiliki integritas tinggi, berkompetensi, dan tak tergoda oleh korupsi. Karena itu, dirinya mengimbau agar ASN dapat meningkatkan levelnya.

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.