Beranda Frame Kemenparekraf Dukung Peran Perempuan dalam Mendorong Performansi Sektor Parekraf Indonesia

Kemenparekraf Dukung Peran Perempuan dalam Mendorong Performansi Sektor Parekraf Indonesia

BERBAGI
Kemenparekraf Dukung Peran Perempuan dalam Mendorong Performansi Sektor Parekraf Indonesia

Jakarta, Haloindonesia.co.idKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Griffith Institute of Tourism-Australia dan Women Communication Network menggelar Webinar Series Women and Tourism. Webinar menyoroti peran besar perempuan dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).

Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani dalam webinar yang mengambil tema “The Role of Women in Tourism” dan diikuti sejumlah peserta yang terdiri dari akademisi, industri, mahasiswa/i, dan pemerintah, Senin (12/2/2024), mengatakan narasi perempuan di dunia pariwisata bukan sekadar kisah tentang mendobrak hambatan, tetapi juga tentang ketahanan, kreativitas, dan visi.

Dalam skala global, terdapat perubahan paradigma di mana perempuan muncul sebagai pengambil keputusan, pemberi pengaruh, dan inovator utama.

“Perempuan Indonesia berkontribusi besar dalam sektor parekraf. Data kami menyebutkan bahwa mayoritas tenaga kerja di bidang pariwisata adalah perempuan dengan persentase 54,22 persen dibandingkan pekerja laki-laki sebesar 45,78 persen. Angka ini mencerminkan rasio serupa di mana secara global perempuan juga memegang posisi dominan di sektor pariwisata dengan 54 persen angkatan kerja, sesuai dengan Laporan Global tentang Perempuan dalam Pariwisata oleh UN Tourism,” kata Ni Wayan Giri.

Sektor pariwisata Indonesia saat ini bergerak menuju pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai proyek inovatif berbasis komunitas hingga inisiatif ramah lingkungan, yang mana perempuan Indonesia membentuk sektor pariwisata yang merangkul keberagaman dan mendorong pemberdayaan ekonomi.

Senior Lecturer of Tourism pada Griffith Institute for Tourism, Dr. Elaine C.L. Yang, mengatakan, bahwa sebanyak 70 persen solo traveller perempuan mempertimbangkan aspek keamanan pada saat solo traveling. Aspek keselamatan tersebut di antaranya meliputi keselamatan di akomodasi, destinasi, dan transportasi.

Menurutnya, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mendorong solo travellers terutama perempuan untuk berwisata ke Indonesia.

“Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Indonesia adalah membina hubungan yang mendalam melalui storytelling yang autentik, misalnya walking tour yang menampilkan kisah-kisah wanita lokal, night-sky tour yang melibatkan cerita rakyat setempat, mempromosikan bisnis milik perempuan, walking tour skala kecil khusus perempuan, dan pemandu wisata perempuan, serta memposisikan Indonesia sebagai pemimpin destinasi wisata inklusif gender di Asia Tenggara,” ujar Elaine.

Dalam kesempatan ini juga hadir sebagai narasumber, Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), Pauline Suharno. Ia membagikan pengalamannya selama ini dalam bekerja di industri pariwisata Indonesia. Menurutnya, setiap kegagalan yang dihadapi harus dijadikan batu loncatan menuju kesuksesan dan bangkit dengan lebih kuat.

“Di kantor saya, 80 – 85 persen pekerjanya adalah perempuan. Mereka memulai dari nol dan bahkan beberapa di antaranya tidak memiliki latar belakang pariwisata sama sekali. Saat mereka memiliki kemampuan untuk belajar lebih, akhirnya mereka bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Di level management, semuanya adalah perempuan,” ujar Pauline.

Pendiri dan pionir dari Kelecung Eco Village, Ni Putu Ayu Puspawardani, menceritakan keberhasilannya dalam memimpin dan mengelola Kelecung Eco Village di Bali. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah anak muda.

“Para anak muda ini memiliki semangat yang tinggi. Namun, mereka cenderung ingin melihat hasilnya dengan instan. Jadi, saya selalu melibatkan mereka, mengajak mereka menjadi local guide dan ikut pelatihan. Saya percaya bahwa sesuatu bisa berubah bila menjadi kebiasaan atau habit,” kata Ni Putu Ayu Puspawardani.

Menurutnya, perempuan harus lebih terlibat dalam pariwisata, tidak hanya sebagai operator, tetapi juga pada tingkat manajerial dan kepemimpinan. Selain itu, perempuan juga dapat menjadi game changer bagi keluarga dan komunitasnya melalui pariwisata.

Kendati demikian, seluruh narasumber tidak menampik bahwa saat ini masih ada tantangan yang terjadi di lapangan terkait ketidaksetaraan gender. Tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Menurut UN Tourism, dalam hal pendapatan, perempuan menerima pendapatan sebesar 16 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Melalui webinar ini diharapkan tercipta upaya bersama yang lebih besar dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Turut mendampingi Sekretaris Kemenparekraf/Baparekraf, Kepala Biro Komunikasi sekaligus Plt. Kepala Pusat Pengembangan SDM Parekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani.

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.