Beranda Frame Kemenparekraf Fasilitasi Akses Pembiayaan 50 Pelaku Subsektor Kuliner Indonesia di Luar Negeri

Kemenparekraf Fasilitasi Akses Pembiayaan 50 Pelaku Subsektor Kuliner Indonesia di Luar Negeri

BERBAGI
Kemenparekraf Fasilitasi Akses Pembiayaan 50 Pelaku Subsektor Kuliner Indonesia di Luar Negeri

Jakarta, Haloindonesia.co.idKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memfasilitasi akses pembiayaan kepada 50 bisnis kuliner Indonesia di luar negeri melalui talkshow dalam program inkubasi Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar).

Talkshow dengan tema “Inspirasi Ekspansi Bisnis Kuliner Indonesia di Luar Negeri” ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dengan expert di bidang kuliner dan investor agar bisnis mereka lebih siap untuk mendapatkan pembiayaan dari calon investor.

Talkshow yang dilaksanakan secara online pada 27 Juni 2023 pukul 18.30 WIB, mengundang para pebisnis dan pakar kuliner, di antaranya Chairman of Manan Foundation, Robert Manan; President Director PT Aji Caraka Optima, Prof.Adji Hoesodo; dan Founder-CEO Holycow Group, Afit Dwi Purwanto.

Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana, dalam sambutannya menyampaikan program Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar) sendiri telah membuka pintu bagi pelaku bisnis kuliner Indonesia untuk meraih kesuksesan di pasar internasional.

Ia berharap melalui program IndoStar, bisnis kuliner Indonesia akan semakin berkembang dan serta dapat mendukung pencapaian program nasional Indonesia Spice Up the World khususnya percepatan pendirian 4.000 restoran Indonesia di luar negeri pada 2024.

“Disadari bahwa akses pembiayaan merupakan salah satu hal yang krusial bagi kelangsungan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri. Oleh karena itu melalui talkshow ini diharapkan agar peserta dapat memanfaatkan peluang yang ada dan terlibat aktif dalam program IndoStar. Dan dengan semangat kolaborasi serta upaya bersama, kita dapat mengangkat bisnis kuliner Indonesia di luar negeri ke tingkat yang lebih tinggi lagi,” kata Hayun.

Ketua Kelompok Kerja Pembiayaan Teknologi Finansial dan Program Indonesia Spice Up the World Kemenparekraf/Baparekraf, Indriani D. Laratu, dalam keterangannya mengatakan melalui kegiatan talkshow ini diharapkan para pelaku bisnis kuliner Indonesia bisa mendapatkan inspirasi dan wawasan yang lebih luas khususnya menghadapi tantangan dan menerapkan strategi pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri.

“Para peserta sangat antusias mengikuti acara ini, mereka mendapatkan insight dari para culinary expert. Selain strategi mendapatkan akses pembiayaan, ke depan kami akan fasilitasi pemberian materi terkait bagaimana cara meng-create money, penerapan digitalisasi bisnis, mengaplikasikan financial engineering seperti menghitung Cost of Goods Sold (COGS) dalam sebuah perusahaan,” kata Indriani.

Sementara itu, Chairman of Manan Foundation, Robert Manan, menyampaikan saat ini pengusaha kuliner Indonesia di luar negeri masih berjuang untuk pulih dari dampak pandemi COVID-19. Bantuan fasilitasi akses pembiayaan dari Kemenparekraf/Baparekraf merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pengusaha kuliner Indonesia di luar negeri.

“Rintangan terbesar adalah masih minimnya branding makanan Indonesia, sedangkan potensi masakan Indonesia begitu luas. Untuk jangka menengah dan panjang pembukaan restoran Indonesia di luar negeri terlihat sangat prospektif, karena branding nama Indonesia mengalami kemajuan khususnya di masa pemerintahan Bapak Jokowi saat ini,” kata Robert.

“Nama Indonesia telah melambung tinggi dan menjadi salah satu negara dalam G20, bahkan kedepannya diprediksi ekonomi Indonesia akan masuk dalam 10 besar negara dunia, dan berharap melalui program Indonesia Spice Up The World (ISUTW) dapat mempercepat kuliner Indonesia yang mendunia,” lanjut Robert Manan.

Di sisi lain, President Director PT.Aji Caraka Optima, Prof.Adji Hoesodo menyampaikan bahwa pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf, perlu mengatasi tantangan yang ada dengan mendorong semua pemangku kepentingan untuk mendukung para pelaku bisnis kuliner di luar negeri. Dengan demikian, mereka dapat lebih mudah mendapatkan modal mengingat keterbatasan APBN Indonesia.

“Dalam pengembangan bisnis kuliner Indonesia, tantangan bukan hanya di akses pembiayaan saja, melainkan bisa bersumber dari human capital. Jika organisasi kekulineran kita kuat, maka bisa mendukung dan mempercepat ekonomi negara kita di urutan ke-4 di dunia di masa mendatang, jadi diharapkan para pelaku usaha kuliner Indonesia bisa menjadi leader di depan terutama dalam skala internasional,” kata Prof. Adji.

Founder-CEO Holycow Group Afit Dwi Purwanto juga menyampaikan pandangan yang sama bahwa pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah.

Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Vietnam, kuliner Indonesia masih tertinggal dalam persaingan di pasar global.

“Kami prihatin terhadap masalah branding kuliner Indonesia yang masih kurang dikenal. Rendang, yang dianggap sebagai salah satu hidangan terlezat di dunia, masih belum begitu populer. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku bisnis kuliner, tidak hanya dalam hal bantuan permodalan, tetapi juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berkualitas,” kata Afit.

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.