Beranda Frame Mendagri Berbagi Cerita Dinamika di Balik Pelaksanaan Pilkada di Tengah Pandemi

Mendagri Berbagi Cerita Dinamika di Balik Pelaksanaan Pilkada di Tengah Pandemi

BERBAGI
Mendagri Berbagi Cerita Dinamika di Balik Pelaksanaan Pilkada di Tengah Pandemi

Jakarta, Haloindonesia.co.id – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian bercerita soal dinamika di balik penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di tengah pandemi Covid-19, dengan beragam tantangannya mulai dari tahap persiapan hingga pemungutan suara. Hal itu diungkapkan Mendagri dalam program acara Talkshow Rosi Live, Kompas TV melalui Video Confrence, pada Kamis (10/12/2020).

Dalam program tersebut, Mendagri mengawali cerita soal pandemi Covid-19 yang merupakan masalah global yang dihadapi oleh seluruh negara. Namun demikian, di Indonesia ada hal krusial yang juga harus diselenggarakan dan disukseskan karena merupakan agenda strategis nasional, yakni Pilkada Serentak Tahun 2020.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang memilih tetap melaksanakan pesta demokrasi di tengah pandemi. Mendagri menyebutkan beberapa contoh, di antaranya Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Mendagri mengaku dalam proses persiapan Pilkada ada sedikit kecemasan karena tidak ingin Pilkada justru memicu potensi penyebaran Covid-19. Tetapi itu tidak mematahkan harapan untuk mewujudkan Pilkada yang sukses dan aman Covid-19. Pasalnya, semua pihak mendukung, mulai dari pihak penyelenggara, DPR RI, Pemerintah Pusat, Pemda, dan semua stakeholder, termasuk media massa.

“Kalau ada harap-harap cemas awalnya iya, tapi kita berusaha, bekerja dengan semaksimal mungkin bersama dengan semua stakeholder. Jadi saya kira ini bukan pekerjaan satu pihak, bekerja banyak sekali pihak,” ujarnya.

Pertimbangan lain yang mendorong penyelenggaraan Pilkada mesti tetap berlangsung selain karena amanat Undang-Undang, juga karena tidak ada satu orang pun yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Selain itu, pemerintah juga menghindari adanya kekosongan kepemimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

“Sehingga jika ada pemerintah yang definitif itu akan memberikan legitimasi yang kuat dengan kewenangan penuh bagi para kepala daerah untuk dapat menyelesaikan permasalahan masing-masing daerahnya,” jelasnya.

Kepada Kompas TV, Mendagri juga mengatakan penerapan prokes di masa kampanye selama 71 hari justru membuat tren perubahan peta zonasi yang cukup signifikan di daerah yang menyelenggarakan Pilkada. Daerah yang awalnya berzona merah berubah menjadi zona orange. Kedisiplinan penerapan prokes juga terbawa sampai pada hari pencoblosan kemarin, sehingga berdasarkan data dari Kepala Satgas Covid-19 kepatuhan masyarakat pada penerapan prokes di Pilkada bervariasi mencapai 89-96 persen.

“Kepatuhan protokol (kesehatan) itu yang terendah adalah 89 persen yang tertinggi 96 persen,” imbuhnya.

Untuk itu, Mendagri mengucapkan terima kasih kepada peserta Pilkada, pengawas TPS/KPPS dan relawan yang telah berpartisipasi dalam mendukung menyukseskan Pilkada Serentak.

“Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada masyarakat pemilih yang telah menggunakan hak pilih. Ini juga akan memberikan legitimasi kepada kepala daerah yang akan terpilih nanti sehingga mereka dapat bekerja dengan dukungan rakyat. Kedua, kepada seluruh petugas TPS yang jumlahnya petugasnya lebih dari 3 juta. Kemudian relawan-relawan yang telah bekerja dengan sukarela untuk mensukseskan sekaligus juga pengawas TPS. Saya atas nama pemerintah mengucapkan apresiasi yang sangat tinggi atas kerja sama dan kerja keras Bapak dan Ibu sekalian. Mudah-mudahan Tuhan YMK Allah SWT memberikan pahala yang banyak kepada Bapak/Ibu sekalian,” tandasnya.

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.