Jakarta, Halo Indonesia — Berita bohong, berita palsu, yang sengaja diproduksi untuk kepentingan tertentu, sudah berada dalam taraf mengkhawatirkan. Banyak negara sudah menjadi korban dan hancur berantakan gara-gara hoaks. Di banyak negara lain, berita bohong menjadikan negara-negara tersebut melemah produktivitasnya dan kehilangan fokus menghadapi tantangan.
Oleh karena itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyambut baik gerakan-gerakan di tengah masyarakat yang berkomitmen untuk memberantas penyebaran hoaks dan mengajak lebih banyak pihak bergandeng tangan melawan hoaks. Hal tersebut dikatakannya saat menerima kedatangan komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) di Gedung Bina Graha, Jakarta, 28 Agustus 2018 yang dipimpin oleh Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho.
“Sekarang ini, banyak berita berseliweran yang berupaya membalikkan situasi yang mengarah kepada provokasi. Provokasi-provokasi tersebut membuat masyarakat luas menerima informasi yang salah. Ini tidak bisa dibiarkan atau didiamkan,” papar Panglima TNI 2013-2015 tersebut. Apalagi, lanjut Moeldoko, Presiden Jokowi berulang kali menyatakan bahwa hoaks akan membawa kerugian dalam masyarakat. Presiden menekankan membangun optimisme dan positivisme di tengah-tengah masyarakat.
Komunitas nirlaba seperti Mafindo sendiri diharapkan dapat membantu membatasi penyebaran isu hoaks sehingga tidak terbentuk perpecahan bangsa dan mencegah perang antar budaya. “Karena hoaks kita banyak menjadi korban, melemahkan keyakinan atas agama, ideologi, dan mengarahkan masyarakat menjadi was-was atas bangsanya sendiri. Masyarakat juga skeptis terhadap masa depan bangsa. Semua ini bagian dari perang budaya. Nilai lama ditinggalkan, nilai baru muncul dan dibanggakan sehingga membuat banyak korban,” ujar Moeldoko.
Untuk mengontrol penyebaran isu hoaks, Mafindo saat ini telah menggalang gerakan anti hoaks di seluruh Indonesia, dengan membentuk komunitas yang bertumbuh dari bawah bersama relawan-relawan memanfaatkan semangat gotong royong. Aktivitas yang dilakukan terkait dengan menangani 3 persoalan utama, yaitu hoaks yang disebarluaskan di Indonesia, rendahnya literasi masyarakat, dan ajakan kepada jurnalis untuk tidak memuat berita yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Dengan 3 cara tersebut, Mafindo mempunyai solusi melawan hoaks. Kita mempunyai inisiatif untuk bergotong royong dan berkolaborasi dengan menggunakan database anti hoaks,” papar Septiaji Eko Nugroho yang akrab dipanggil Jawy.
Mafindo juga telah meluncurkan situs cekfakta.com sebagai bentuk proses deteksi berita hoaks dan applikasinya di Android untuk memverifikasi informasi. Informasi yang mereka verifikasi juga diberikan pada media massa yang kredibel di Indonesia, dan melibatkan para jurnalis untuk tergabung dalam gerakan ini. Informasi yang diberikan diharapkan akan meningkatkan kualitas jurnalis dan memperbaiki pengolahan kualitas informasi.
Mafindo berharap bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah, para pemuka dan pemimpin agama, dan otoritas teritorial seperti pihak kepolisian dan TNI, sehingga keterlibatan semua pihak dapat mengurangi jumlah penyebaran informasi yang menyesatkan.
Moeldoko berpesan, “Semua punya kepentingan. Kembangkanlah komunitas semacam ini di luar lingkaran anti hoaks tapi juga di institusi lainnya.”