Jakarta, Haloindonesia.co.id – Bank Indonesia bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC) menyelenggarakan seminar internasional yang bertajuk “Best Practices and Lessons Learnt on LIBOR Transition in Developing a Robust and Credible Reference Rate”, Senin (13/06) di Jakarta. Seminar ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian acara pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia.
Seminar dibuka dengan leader insight yang mengulas pentingnya pelaku pasar untuk memahami agenda benchmark reform dan antisipasi yang harus dilakukan. Perkembangan transisi benchmark suku bunga global dari London Interbank Offered Rate (LIBOR) ke acuan yang lebih kredibel, serta penguatan acuan suku bunga di pasar domestik telah menjadi perhatian otoritas sektor keuangan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam memegang Presidensi G20 tahun ini, Indonesia memastikan bahwa forum G20 akan tetap menjadi platform untuk membahas seluruh agenda prioritas internasional, terlepas dari dinamika dan tensi geopolitik dunia yang saat ini sedang menguat. Salah satu agenda penting yang akan dibahas pada forum G20 adalah upaya pemulihan global selepas pandemi Covid-19.
“Penting untuk memastikan bahwa selama proses pemulihan ini dimana kita ingin pulih bersama dan pulih lebih kuat, pemulihan itu harus stabil. Stabilitas ekonomi dan stabilitas sektor keuangan kita akan menjadi sangat penting sebagai landasan bagi pemulihan ekonomi lebih lanjut,” terang Wamenkeu.
Jika berbicara tentang suku bunga acuan dalam kerangka sektor keuangan, Wamenkeu menegaskan bahwa perspektif pertamanya adalah tentang stabilitas ekonomi dan stabilitas sektor keuangan. Menurutnya, sektor keuangan yang stabil adalah hal penting sebagai salah satu pilar pemulihan yang kuat. Maka, para pelaku sektor keuangan harus memahami perkembangan transisi benchmark suku bunga global, serta harus mempersiapkan diri supaya sektor keuangan tetap stabil meskipun dengan perubahan tersebut.
Di sisi Pemerintah, satu hal yang sangat berhubungan langsung dengan transisi LIBOR dan reformasi suku bunga adalah penerbitan surat berharga negara. Hal ini tentu berpengaruh pada strategi pembiayaan Pemerintah pada APBN.
“Penting untuk menempatkan itu (diskusi mengenai suku bunga acuan) dalam perspektif pemulihan ekonomi, dimana kita ingin pulih bersama dan pulih lebih kuat. Hal itu penting untuk diletakkan dalam kerangka stabilitas ekonomi dan keuangan yang mendukung pemulihan bersama dan pemulihan yang lebih kuat,” lanjut Wamenkeu.
Sebagai informasi, penyelenggaraan seminar ini diharapkan memberikan informasi kepada pelaku pasar domestik tentang agenda benchmark reform yang terjadi secara global dan bagaimana progresnya di Indonesia, serta agenda benchmark reform domestik. Kegiatan ini juga akan memberikan informasi positif kepada negara lain, khususnya anggota G20, mengenai kemajuan proses benchmark reform di Indonesia yang dilakukan melalui koordinasi yang erat antarotoritas di pasar keuangan dengan pelaku pasar.